Artikel ilmiah menarik untuk dikongsi bersama.
Pembentangan oleh: Ustaz Mazrul Shahir Marzuki
SYUMULIYAH ISLAM
Pengertian Islam
Persoalan ini menjadi penting untuk dibahas bukan saja untuk meluruskan berbagai pemahaman tentang Islam yang selama ini salah, keliru atau kurang sempurna, tapi juga untuk membangun komitmen keIslaman yang lebih utuh dalam kehidupan seharian kita. Apa yang terjadi selama ini bukan saja adanya kesenjangan antara pemahaman Islam generasi sekarang dengan pemahaman generasi sahabat Rasulullah saw tentang Islam, tapi juga ada kesenjangan antara Islam yang kita yakini sebagai “agama atau jalan hidup” dengan perilaku sehari-hari kita sebagai “kenyataan hidup.”
Dari akar kata bahasa Arab, Islam mempunyai erti-erti berikut: tunduk, penyerahan diri, keselamatan, kedamaian, kesejahteraan.
Tunduk dan penyerahan diri :
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah tunduk (menyerahkan diri) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan.” (3: 83)
Keselamatan:
“….Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (5: 15-16)
Kedamaian:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (8: 61)
Kesejahteraan:
“Doa mereka di dalamnya ialah: “Subhanakallahumma” (Maha Suci Allah yang telah menciptakan semua itu tidak dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah), dan salam penghormatan mereka ialah: “Salam” (kesejahteraan) . Doa penutup mereka ialah “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin”(segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam).” (10: 10).
Maka kita perlu memahami Islam dengan cara menundukkan dan menyerahkan diri sepenuh-penuhnya, secara mutlak, kepada Allah swt untuk diatur sesuai dengan kehendak-Nya. Dan kehendak-kehendak Allah swt itu dapat dilihat dengan jelas dalam agama (Islam)yang diturunkan kepada umat manusia, sebagai petunjuk abadi dalam menjalani kehidupan mereka di muka bumi, melalui perantaraan seorang Rasul.
Asas ketundukan dan penyerahan diri itu adalah pengakuan yang tulus dari lubuk hati bahwa kita dan seluruh alam semesta adalah ciptaan Allah swt. Karena itu Allah swt berhak mengatur segenap ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selanjutnya Allah swt menjelaskan kehendak-kehendak- Nya dalam dua bentuk:
Pertama, kehendak Allah swt yang bersifat pasti, mutlak dan mengikat seluruh ciptaan-Nya sebagai “Sunnah Kauniyah.” Bererti seluruh makhluk di Alam ini telah menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya (ber-Islam) kepada Allah swt. Sebagaiman firman Allah swt:
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, pohon-pohon, binatang-binatang melata dan sebagian besar dari pada manusia? Dan banyak diantara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (22: 18),
Kedua, kehendak Allah swt yang bersifat pilihan, berupa aturan-aturan dan sistem bagi kehidupan manusia sebagai “Syariat atau Agama.” Inilah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya :
“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (45:18)
Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari kudrat sebagai ciptaan. Kerana itu setiap penolakan terhadap kehendak-kehendak Allah swt, samaada “kauniyah” maupun “syar’iyah”, berarti satu bangkangan atau derhaka terhadap Al-Khalik. Firman Allah swt:
“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (3: 85)
Firman Allah seterusnya:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (7: 96)
“Barangsiapa yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (22: 31)
Maka perlu difahami bahawa Islam adalah merupakan Syariat atau aturan(sistem) atau jalan hidup bagi manusia untuk menata kehidupannya dan alam ini.dengan sistim tersebut.
Jadi, Islam bukan sekadar ritual yang kita lakukan sebagai bentuk ketundukan kepada Allah swt. malah Islam jauh lebih luas sebagai sistem kehidupan yang lengkap dan bersifat universal. Ia mengatur kehidupan kita sejak kita bangun dari tidur sampai kita tidur kembali. Ia menata kehidupan kita sebagai individu dan masyarakat. Menata ibadah kita seperti ia menata ekonomi dan politik kita. Ia menata hukum kita seperti ia menata kehidupan social budaya kita. Ia adalah Qur’an dan pedang, masjid dan pasar, agama dan negara, iman dan ilmu, ibadah dan seni.
Allah S.W.T sebagai pencipta manusia, maka Dia pulalah yang paling mengetahui apa yang diperlukan manusia untuk menjadikan kehidupannya lebih baik. Maka hak Allah untuk mengatur manusia (Hakimiyyatullah) bukan saja datang melalui kudrat-Nya sebagai Pencipta, malah pengetahuan dan keadilan-Nya. Oleh itu, penyerahan diri kita kepada-Nya perlu lahir secara pengakuan dan pengetahuan kita tentang pengetahuan dan keadilan-Nya serta ungkapan rasa syukur atas kurniaan terbesar-Nya, yaitu agama Islam.
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus” (17: 9)
“Dan barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya ia akan terbebas dari rasa takut dan tiada pula mereka akan bersedih.” (2: 38)
“Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (28: 77).
Karakteristik Islam
Sebagai sebuah sistem, Islam mempunyai karakteristik yang membezakannya dengan sistem-sistem yang lain. Karakteristik adalah ciri-ciri umum yang menjadi bingkai dari keseluruhan ajaran Islam. Cara pandang Islam terhadap berbagai permasalahan seperti Tuhan, alam, manusia dan kehidupan, serta interpretasinya terhadap berbagai peristiwa selamanya akan berada dalam bingkai ciri-ciri umum tersebut. Karakteristik ini pula yang kemudian menjadi neraca keunggulan Islam itu sendiri. Ciri-ciri umum tersebut adalah rabbaniyah, syumuliyah, insaniyah, tsabat, tawazun, waqi’iyyah dan ijabiyyah.
Rabbaniyyah
Rabbaniyyah adalah nisbah kepada kata Rabb yang berarti Tuhan. Artinya Islam ini adalah agama atau jalan hidup yang bersumber dari Tuhan. Ia bukan ciptaan manusia,juga bukan ciptaani nabi yang membawanya. Maka Islam adalah jalan Tuhan. Tugas para nabi adalah menerima, memahami dan menyampaikan ajaran itu kepada umat manusia :
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (5: 67)
Sumber ajaran merupakan titik perbezaan paling signifikan antara berbagai ideologi. Sumber ajaran Islam adalah Allah swt, Tuhan semesta alam, Tuhan yang menciptakan manusia dan yang paling mengetahui hakikat manusia serta apa saja yang diperlukannya dari segi fizikal, ruh dan akalnya. Ia adalah sumber yang terpercaya yang memiliki semua hak dan kelayakan untuk mengatur manusia. Kekuatan sumber itu melahirkan rasa aman untuk menerima kebenaran dan menghilangkan keraguan. Ia bukan saja membawa kebenaran mutlak, tapi juga terjaga sepanjang masa.
“Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka janganlah kamu menjadi ragu (menerimanya) .” (2:147 ).
Semua ideologi lain memiliki kelemahan mendasar karena sumbernya adalah manusia yang tidak pernah bisa membebaskan diri dari hawa nafsu, katerbatasan, kelemahan dan ketidakberdayaan. Ideologi manusia tidak pernah sanggup melampaui hambatan ruang dan waktu dan dengan mudah menjadi usang dan dibuang ke ruang masa lalu oleh ketidaksesuaian.
Syumuliyyah
Ertinya ajaran ini mencakupi seluruh dimensi kehidupan manusia dari dimensi waktu, demografi, geografi dan kehidupan. Dari peribadi, keluarga, masyarakat hingga negara; dari sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, lingkungan, pendidikan hingga kebudayaan. Seluruh etnik manusia, dari kepercayaan, sistem hingga akhlak; dari Adam hingga manusia terakhir; dari sejak kita bangun tidur hingga kita tidur kembali; dari kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat.
Dimensi Waktu:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rosul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (3: 144)
Dimensi Demografi:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49: 13)
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada seluruh umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: 34: 28)
Dimensi Geografi:
“Ingatlah ketika Tuhamu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami, senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman; ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS: 2: 30)
“Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus”. (81: 27-28)
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS: 21: 107)
Dimensi kehidupan
”Hai orang-orang yang berirman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan jangankah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS: 2: 208)
“Hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu, dan Ku-sempurnakan nikmat-Ku terhadapmu, dan Kuridhai Islam sebagai agamamu.” (QS: 5: 3)
Insaniyyah
Manusia telah diberi tanggungjawab dan wewenang untuk melaksanakan kehendak-kehendak Allah swt dimuka bumi (khalifah). Maka Allah swt memberi penghormatan tertinggi kepada manusia dalam firman-Nya :
“Dan sesunguhnya kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (17: 70)
Selanjutnya Allah swt menyusun ajaran-ajaran Islam sedemikian rupa sesuai dengan fitrah dasar manusia :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. ( 30:30)
Islam datang untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dan perhambaan sesama manusia. Sebagaimana kenyataan Rub’i bin ‘Amir terhadap Rustum menjelaskan misi perang Qadisiyah : “Kami datang untuk membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia yang lain.”
Hak asasi manusia dalam semua segi merupakan perkara paling penting dan mutlak dalam keseluruhan ajaran-ajaran Islam. Ianya merupakan keperluan manusia yang mutlak untuk menjalankan misinya dalam kehidupan ini. “Sejak bila kamu memperbudakkan manusia, padahal ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan bebas?”, kata Umar Bin Khattab kepada ‘Amru Bin ‘Ash saat puteranya menampar wajah seorang warga Qibthy (Kristian).
Tsabat dan Tathawwur
Tsabat artinya tetap dan Tathawwur ertinya perkembangan/ pertumbuhan. Ciri tetap adalah merupakan ciri Rabbaniyyah. Maksudnya Islam membawa ajaran yang berisi hakikat-hakikat besar yang bersifat tetap dan tidak akan pernah berubah dalam semua ruang dan waktu. Hakikat-hakikat itu melampaui batas-batas ruang dan waktu serta bersifat abadi.
Seperti hakikat abadi tentang wujud dan keesaan Allah, hakikat penyembahan kepada Allah, hakikat alam sebagai ciptaan dan wadah fizik bagi kehidupan kita, hakikat manusia sebagai makhluk yang paling terhormat kerana misi khilafahnya, hakikat iman kepada Allah, malaikat, rasul, kitab suci dan takdir baik dan buruk serta hari akhirat adalah syarat diterimanya semua amal manusia, hakikat ibadah sebagai tujuan hidup manusia, hakikat aqidah sebagai ikatan komuniti Muslim, hakikat dunia sebagai tempat ujian, hakikat Islam sebagai agama satu-satunya yang diterima Allah.
Semua hakikat itu bersifat abadi dan tetap dan tidak berubah kerana faktor ruang dan waktu. Hakikat-hakikat dasar dan nilai-nilai itu bukan saja tidak dapat berubah, tapi juga tidak mungkin berkembang, sebagaimana realiti dan pola-pola kehidupan manusia yang senantiasa terus berubah dan berkembang.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (30:30).
Ini tidak bermaksud bahwa Islam telah membekukan gerakan pemikiran dan kehidupan secara keseluruhan. Islam menyediakan bingkai (frame of reference) di mana pemikiran dan kehidupan manusia bergerak dan bertumbuh dan berkembang. Dalam bingkai itulah kaum Muslimin bergerak dan berkreasi, menghadapi tantangan perubahan hidup secara pasti, bermetamorfosis secara teratur dan terarah, bertumbuh secara dinamik dan terkendali.
Bingkai yang mutlak amat diperlukan bagi mendapatkan panduan yg pasti, terarah, utuh, konsisten dan
berkesinambungan. Inilah sebenarnya yang menjaga keaslian, kekuatan ideologi dunia Islam lebih dari seribu tahun dari penyimpangan dan usang.
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (23: 71)
Tawazun
Artinya keseimbangan. Ajaran-ajaran Islam seluruhnya memberikan keseimbangan kepada seluruh aspek kehidupan manusia . Tidak ada yang berlebihan atau kekurangan, tidak ada perhatian yang ekstrim terhadap satu aspek dengan mengorbankan aspek yang lain. Karena semua aspek itu adalah satu kesatuan dan menjalankan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan manusia.
Terdapat keseimbangan di antara zahir dan ghaib dalam keimanan. Ada keseimbangan antara kecenderungan kepada materialisme dan spiritualisme dalam kehidupan. Ada keseimbangan antara ketegasan hukum dan menjaga moral dalam pentadbiran/ pengurusan. Ada keseimbangan antara Sunnah Kauniyah yang pasti dengan kehendak Allah yang tetap bebas dan tidak terbatas (seperti isteri nabi Ibrahim yang melahirkan di usia yang sangat tua, atau Maryam yang melahirkan tanpa proses biologi normal, atau api menjadi dingin bagi Ibrahim dll)
“Dan segala sesuatunya Kami ciptakan dengan kadarnya masing-masing.” (54:49)
“Engkau takkan penah menemukan pada ciptaan Allah Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.” ( 67: 3).
Ciri keseimbangan ini telah menjaga Islam dari terpecah belah dan rosak.
Waqi’iyyah
Artinya realisme. Islam diturunkan untuk berinteraksi dengan realiti dan objektif yang nyata sebab itu ajaran Islam mempunyai ciri-ciri untuk diterapkan secara nyata dalam kehidupan manusia. Ia bukan nilai-nilai ideal yang enak dibaca tapi tidak dapat diterapkan. Ia merupakan idealisme yang realistik dan juga realisme yang idea.
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikianlah ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling. Dia menyingsingkan pagi dan manjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” ( 6: 95-96)
Tapi konsep Islam juga dibentuk sesuai dengan realiti keadaan manusia, keadaan ruang dan waktu yang melingkupinya, hambatan dan kekangan, potensi sebenar yang dimiliki manusia untuk menjalani hidup. Islam memandang manusia dengan segala kekuatan dan kelemahannya; dengan ruh, akal dan fizikalnya; dengan harapan-harapan dan ketakutannya; dengan mimpi dan keterbatasannya. Lalu berdasarkan itu semua Islam menyusun konsep hidup ideal yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya. Islam bukan idealisme yang tidak mempunyai akar dalam kenyataan.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya….”.(2: 286.)
Ijabiyyah
Ertinya sikap positif dalam menjalani kehidupan. Keimanan bukanlah sesuatu yang beku, kaku dan kering, keimanan adalah sumber tenaga jiwa yang mendorong manusia untuk merealisasikan kebaikan dan kehendak Allah dalam kehidupan sebenar. Islam memandang bahwa keimanan yang tidak dapat mendorong manusia untuk bekerja mengeksplorasi potensi alam dan potensi dirinya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, adalah keimanan yang negatif dan fatal.
Itulah sebabnya Islam memberi penghargaan besar kepada kerja sebagai bukti sikap positif dan dinamika dalam mengelola kehidupannya. Allah swt berfirman:
“Katakanlah: “Bekerjalah kamu! Nanti Allah akan menyaksikan pekerjaanmu bersama Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (9:105 ).